Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker

Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker.  Adalah cerita yang diangkat dari sebuah kisah yang melegenda terkait keberadaan pohon beringin tinggi dan besar yang ada di kampungku.   Di bawah Pohon beringin itulah tempat ku bermain semasa kecilku. Orang-orang di kampungku selalu berkata bahwa beringin tua itu ada penunggunya yang bernama "Ki Semar". Konon, ki semar adalah nama panggilan seorang Demang di zaman VOC saat VOC masih bercokol di bumi ibu pertiwi ini.  Berikut adalah Cerita Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker..

Menurut cerita, Demang Ki Semar bunuh diri menggantungkan lehernya di atas pohon itu karena kekecewaannya terhadap istrinya. Istrinya yang cantik telah berselingkuh dengan perwira muda kerajaan belanda yang dikenal bernama Menir Gobang. Kata orang-orang di kampungku, Menir Gobang adalah perwira muda yg membawahi satu kompi tentara kompeni di benteng batavia di Cisadane, tepatnya di daerah Pasar Baru.



Kegantengan dan kegagahan Menir Gobang sangat memikat hati setiap wanita di saat itu. Apalagi ketika dia memakai seragamnya. Dengan pangkat di bahunya yg kekar, berwarna ke-emasan, Seragam kompeni yang berwarna biru langit dan sepatu boot nya menambah kewibawaan nya. Senjata pistol di pinggang kanan melebihkan nilainya sebagai seorang pria sejati.

Masyarakat memanggilnya Menir Gobang karena dia acapkali meminta uang jago dari pedagang-pedagang yang berdagang di sekitaran pasar lama dan kali Cisadane. Gobang adalah istilah lain dari uang.

Rasa kekecewaan ki semar sangatlah pantas. dengan hati yg meradang tak bisa berbuat apa-apa ketika isterinya yang berparas ayu itu berpaling ke Menir Gobang. Dibawah cengkraman kolonial yg tak habis-habisnya menyedot sum-sumnya sedari kecil dia tak pernah tahu arti kemerdekaan mengemukakan pendapat, berbicara lantang atau mengkritik siapapun. Yang dia tahu hanya umpatan dan cercaan berbahasa belanda. Semenjak bersekolah di HIS, MULO,  dia sering di permainkan oleh anak petinggi VOC. dia masih bisa bertahan terhadap siksaan2 batinnya. Tapi tidak untuk perselingkuhan istrinya yg amat sangat dia cintai. habis sudah riwayatnya kini, hanya pohon beringin tua itu lah yg jadi saksi kesedihan nya. Lalu mengantarkan nyawanya keharibaan sang Maha penguasa.

Kembali pada keangkeran pohon beringin, beberapa orang dikampung ku tak ada yg berani berada di sekitar pohon beringin. Melihat pohonnya pun darah mereka berdesir dan langsung memalingkan muka. Seakan-akan  jasad Ki Semar masih tergantung di pohon itu.

Mungkin hanya aku dan beberapa kawan ku yg berani bermain di situ. kami sering tidur-tiduran di bawah pohonnya yg rindang dengan tali seperti akar yg menjuntai ke bumi. kami tak pernah merasa takut akan cerita orang kampung yg selalu menceritakan keangkeran pohon beringin ini. Kami malah menjadikan tempat itu sebagai markas.

Pernah suatu kali Uudin temanku anak pak ustad melihat ada seorang kakek tua bungkuk di situ. Ketika itu malam Jumat Kliwon.  Seperti biasa, bila malam jumat ada pengajian yg biasanya di lakukan di langgar kecil di tengah kampung. Kami di suruh pak ustad mengaji yasin.

Alih-alih Yasinan, kami malah janjian untuk bertemu di bawah pohon beringin itu, sebab banyak burung puyuh kalau malam tiba. Wahyu,  temanku suka sekali menangkap burung-burung itu. lalu membakarnya hingga aromanya membuat perut kami keroncongan.

Ketika janjian, udin datang paling awal. Dia termenung dengan wajahnya yg kesal. Aku lupa akan janjiku untuk bertemu di sana, wahyu pun sama....dan teman-teman yang lain pun tidak boleh keluar rumah oleh orang tuanya.

Tiba-tiba ada menepuk bahu Udin, entah darimana datangnya orang itu. "Sedang apa duduk disini nak?" ooohh....udin pucat pasi...dilihatnya kakek tua itu melayang-melayang di depan matanya. Tanpa bisa menjawab, Udin langsung tak sadarkan diri dan terjatuh di sisi pohon beringin. Keesokan harinya, Mak Rumput yg biasa berjualan nasi uduk keliling menemukannya tengah tertidur di bawah pohon itu.

Semenjak kejadian itu udin benar rajin mengaji dan enggan bermain di sekitar pohon itu lagi, tapi bagi kami tak masalah, kami tetap bermain di bawah pohon itu.Kini,   pohon beringin tua itu hampir roboh menyisakan cerita Ki Semar yang diceritakan masyarakat kampung turun temurun.

Demikianlah dan terimakasih telah membaca Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker, semoga dapat menghibur anda.
0 Komentar untuk "Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker"